Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Ki Hajar Dewantara memaknai tujuan pendidikan sebagai upaya menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Hal ini mengandung arti bahwa jika pendidikan tidak menciptakan kebahagiaan bagi muridnya maka dapat dikatakan sudah tidak sesuai dengan kodratnya. Pendidikan sebagai upaya mengantarkan murid pada pencapaian kebahagiaan hendaknya bisa menciptakan paradigma belajar yang menyenangkan, dipahami tujuannya oleh murid dan dijalani prosesnya dengan perpaduan pengembangan potensi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan demikian dapat tercipta budi pekerti sebagaimana menurut Ki Hajar Dewantara yaitu keseimbangan antara cipta (kognitif), karsa (afektif) sehingga menciptakan karya (psikomotor). Dengan memahami filosofi pendidikan, maka akan bisa menentukan arah pengambilan keputusan yang terbaik untuk murid-murid kita dalam permasalahan dilemma etika ataupun sekedar bujukan moral.
Nilai-nilai yang tertanam dalam
diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
suatu keputusan. Iya, tentusaja berpengaruh. Maka dari itu pentingnya diri kita
membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam pengambilan
keputusan. Tidak sekedar mempelajari, tetapi berfokus pada pemahaman, mulai
dari paradigma pengambilan keputusan, prinsip-prinsip, dan langkah-langkah atau
prosedur penyelesaian atau pengambilan keputusan. Seberapa dalam nilai-nilai
diri kita juga akan mempengaruhi seberapa dalam penyelesaian sebuah masalah.
Materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil, memberikan andil besar dalam
pengambilan sebuah keputusan. Proses Coaching bisa sebagai salah satu alternatif
penyelesaian dilemma etika disaat tahap pengumpulan fakta-fakta yang relevan,
sehingga bisa diketahui data-data yang valid, akurat, dan terarah. Hal ini dapat
membuat pengambilan keputusan tersebut efektif, meskipun terkadang masih ada pertanyaan-pertanyaan
dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Namun frekuensinya bisa
diminimalkan dan pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa diperdalam dalam proses
Coaching lanjutan untuk menemukan titik temu permasalahan yang ada.
Kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu
keputusan khususnya masalah dilema etika. Kemampuan akan kesadaran diri,
managemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab (5 komponen KSE) tersebut tentunya berpengaruh
dalam pengambilan keputusan. Menambah kevalidan kita dalam melakukan
investigasi pengumpulan fakta-fakta yang ada. Dan, kemudahan dalam menetukan
prinsip, paradigma dan langkah-langkah pengambilan keputusan.
Pembahasan studi kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang
pendidik. Seberapa besar kemampuan pendidik dalam memahami nilai-nilai moral atau
etika, menunjukkan seberapa besar kefokusan dalam penyelesain studi kasus dari
masalah yang ada. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dan, begitu
juga sebaliknya. Disaat kita sebagai pemimpin kurang mampu dalam pengambilan
keputusan, maka akan memberikan dampak gejolak yang kurang kondusif sesuai
kadar pengaruh dari keputusan tersebut.
Tantangan-tantangan di lingkungan
kami dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika
ini adalah Ketika kasus tersebut melibatkan orang terdekat kita, misal guru
dengan guru atau guru dengan pihak managemen atau bisa jadi guru dengan pejabat
publik yang memberikan rasa ewuh-pakewuh (rasa sungkan). Disitulah tantangan
kita bagaimana cara menjalankan langkah-langkah/prosedur penyelesaian yang
sudah dituangkan dalam SOP (Standart Operational Prosedur). Saat tantangan
tersebut terjadi, memerlukan pendalaman dan pengumpulan fakta-fakta yang lebih
dalam dan terperinci. Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan
Anda? Tentu ada. karena permasalahan tersebut membutuhkan banyak pemikiran yang
secara tidak langsung mempengaruhi pola berfikir atau paradigma berfikir
sekolah.
Pengaruh pengambilan keputusan
yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid, jelas
memiliki dampak yang relevan. Saat keputusan terbaik diambil maka proses
pembelajaranpun juga menunjukkan hasil terbaiknya. Begitu sebaliknya, kia kita
mengambil keputusan yang salah/kurang tepat, maka berdampak pada proses belajar
yang kurang kondusif dan cenderung murid akan merasa tertekan, rasa kemerdekaan
belajarnya berkurang. Terlebih kurikulum merdeka ini mengarahkan ke
deferensiasi pembelajaran. Bagaimana cara kita meramu pembelajaran yang tepat
untuk potensi murid kita yang berbeda-beda. Bagaimana cara kita memfasilitasi
murid-murid menemukan kemerdekaan belajarnya. Dengan prinsip-prinsip
deferensiasi pembelajaran.
Seorang pemimpin pembelajaran
dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya. Ya, itu adalah salah satu True model, atau tauladan atau sosok
yang dikagumi/diidolakan. Merupakan salah satu penyembab murid belajar dengan sistem
meniru. True model, menjadi berpengaruh Ketika yang dijadikan sebagai idola
adalah pemimpin yang benar, pemimpin yang bijak dalam pengambilan keputusan baik
saat ada dilema etika ataupun keputusan dalam pembelajaran.
Kesimpulan akhir yang dapat ditarik
dari pembelajaran modul materi ini adalah membedakan permasalahan itu termasuk
dilema etika ataukah bujukan moral, dua hal tersebut menentukan paradigma
berfikirnya dalam pengambilan keputusan, penentu dalam prinsip-prinsip, serta
langkah-langkah atau prosedur penyelesaiannya. Dilema etika adalah situasi yang
terjadi Ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan secara moral benar
tetapi bertentangan (benar versus benar). Sedangkan bujukan moral adalah
situasi Ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar versus salah. 4 Paradigma
dalam dilema etika: individu versus masyarakat, rasa keadilan versus rasa
kasihan, kebenaran versus kesetiaan, dan jangka pendek versus jangka panjang. 3
Prinsip pengambilan keputusan: berfikir berbasis hasil akhir (Ends Based
Thinking), berfikir berbasis peraturan (Rule Based Thinking), dan
berfikir berbasis rasa peduli (Care based Thinking). 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan: mengenali adanya nilai-nilai yang saling
bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang
relevan, pengujian benar versus salah, pengujian paradigma benar versus benar,
melakukan prinsip revolusi, investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan
lihat lagi keputusan dan refleksikan. Modul 3.1 ini jelas sangat berkaitan
dengan materi/modul-modul sebelumnya, mulai dari filosofi pemikiran Ki Hajar
Dewantara, Nilai-nilai kebajikan universal, pembelajaran berdeferensiasi yang
bisa memfasilitasi semua murid dalam memerdekakan belajarnya, pembelajaan coaching,
serta pembelajaran Sosial Emosional. Semua bisa saling berkaitan, baik dalam
pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran dan factor-faktor penentu dalam
mengambil keputusan tersebut.
Sebelum mempelajari modul ini, saya
pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral
dilema, namun tidak sedetail sekarang dalam proses langkah-langkah atau
prosedur yang diambil. Alhamdulillah setelah mempelajari modul ini akhirnya
bisa mengerti kenapa dulu pernah memutuskan seperti itu? Jadi ini sebagai bahan
instropeksi diri sekaligus refleksi agar disaat ada permasalahan selanjutnya
bisa lebih baik dalam pengambilan keputusannya. Bisa terarah sesuai paradigma,
prinsip, dan langkah-langkah yang diambil. Banyak hal yang bisa mempengaruhi
saya pribadi dalam pengambilan keputusan, dan tentunya akan lebih terarah
sesuai prosedur yang ada. Materi dalam modul ini benar-benar penting bagi saya
pribadi dan guru-guru/pengajar pada umumnya. Karena dengan mengetahui paradigma,
prinsip, dan langkah-langkah penyelesaian, maka memudahkan kita untuk
melanjutkan dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Semoga kita semua diberi
kesabaran, kemudahan, dan kekuatan untuk senantiasa memberikan pelayanan terbaik
untuk murid-murid kita dan terlebih untuk kemajuan dunia pendidikan bangsa dan
negara kita.
“Tergerak, Bergerak, dan
Menggerakkan…”
(Arik Murwanto, PGP A6-57)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar