Menggunakan Pola Berfikir Logis dalam Menyelesaikan Problem-Solving, Menjadikan Matematika Pelajaran yang Menyenangkan, Mudah, dan Menantang

Kamis, 16 Februari 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Dilema Etika ataukah Bujukan Moral dalam Perspektif Pembelajaran Berdeferensiasi dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara


Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Ki Hajar Dewantara memaknai tujuan pendidikan sebagai upaya menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Hal ini mengandung arti bahwa jika pendidikan tidak menciptakan kebahagiaan bagi muridnya maka dapat dikatakan sudah tidak sesuai dengan kodratnya. Pendidikan sebagai upaya mengantarkan murid pada pencapaian kebahagiaan hendaknya bisa menciptakan paradigma belajar yang menyenangkan, dipahami tujuannya oleh murid dan dijalani prosesnya dengan perpaduan pengembangan potensi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan demikian dapat tercipta budi pekerti sebagaimana menurut Ki Hajar Dewantara yaitu keseimbangan antara cipta (kognitif), karsa (afektif) sehingga menciptakan karya (psikomotor). Dengan memahami filosofi pendidikan, maka akan bisa menentukan arah pengambilan keputusan yang terbaik untuk murid-murid kita dalam permasalahan dilemma etika ataupun sekedar bujukan moral.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Iya, tentusaja berpengaruh. Maka dari itu pentingnya diri kita membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam pengambilan keputusan. Tidak sekedar mempelajari, tetapi berfokus pada pemahaman, mulai dari paradigma pengambilan keputusan, prinsip-prinsip, dan langkah-langkah atau prosedur penyelesaian atau pengambilan keputusan. Seberapa dalam nilai-nilai diri kita juga akan mempengaruhi seberapa dalam penyelesaian sebuah masalah.

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil, memberikan andil besar dalam pengambilan sebuah keputusan. Proses Coaching bisa sebagai salah satu alternatif penyelesaian dilemma etika disaat tahap pengumpulan fakta-fakta yang relevan, sehingga bisa diketahui data-data yang valid, akurat, dan terarah. Hal ini dapat membuat pengambilan keputusan tersebut efektif, meskipun terkadang masih ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Namun frekuensinya bisa diminimalkan dan pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa diperdalam dalam proses Coaching lanjutan untuk menemukan titik temu permasalahan yang ada.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Kemampuan akan kesadaran diri, managemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (5 komponen KSE) tersebut tentunya berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Menambah kevalidan kita dalam melakukan investigasi pengumpulan fakta-fakta yang ada. Dan, kemudahan dalam menetukan prinsip, paradigma dan langkah-langkah pengambilan keputusan.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Seberapa besar kemampuan pendidik dalam memahami nilai-nilai moral atau etika, menunjukkan seberapa besar kefokusan dalam penyelesain studi kasus dari masalah yang ada. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dan, begitu juga sebaliknya. Disaat kita sebagai pemimpin kurang mampu dalam pengambilan keputusan, maka akan memberikan dampak gejolak yang kurang kondusif sesuai kadar pengaruh dari keputusan tersebut.

Tantangan-tantangan di lingkungan kami dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini adalah Ketika kasus tersebut melibatkan orang terdekat kita, misal guru dengan guru atau guru dengan pihak managemen atau bisa jadi guru dengan pejabat publik yang memberikan rasa ewuh-pakewuh (rasa sungkan). Disitulah tantangan kita bagaimana cara menjalankan langkah-langkah/prosedur penyelesaian yang sudah dituangkan dalam SOP (Standart Operational Prosedur). Saat tantangan tersebut terjadi, memerlukan pendalaman dan pengumpulan fakta-fakta yang lebih dalam dan terperinci. Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? Tentu ada. karena permasalahan tersebut membutuhkan banyak pemikiran yang secara tidak langsung mempengaruhi pola berfikir atau paradigma berfikir sekolah.

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid, jelas memiliki dampak yang relevan. Saat keputusan terbaik diambil maka proses pembelajaranpun juga menunjukkan hasil terbaiknya. Begitu sebaliknya, kia kita mengambil keputusan yang salah/kurang tepat, maka berdampak pada proses belajar yang kurang kondusif dan cenderung murid akan merasa tertekan, rasa kemerdekaan belajarnya berkurang. Terlebih kurikulum merdeka ini mengarahkan ke deferensiasi pembelajaran. Bagaimana cara kita meramu pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda. Bagaimana cara kita memfasilitasi murid-murid menemukan kemerdekaan belajarnya. Dengan prinsip-prinsip deferensiasi pembelajaran.

Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Ya, itu adalah salah satu True model, atau tauladan atau sosok yang dikagumi/diidolakan. Merupakan salah satu penyembab murid belajar dengan sistem meniru. True model, menjadi berpengaruh Ketika yang dijadikan sebagai idola adalah pemimpin yang benar, pemimpin yang bijak dalam pengambilan keputusan baik saat ada dilema etika ataupun keputusan dalam pembelajaran.

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini adalah membedakan permasalahan itu termasuk dilema etika ataukah bujukan moral, dua hal tersebut menentukan paradigma berfikirnya dalam pengambilan keputusan, penentu dalam prinsip-prinsip, serta langkah-langkah atau prosedur penyelesaiannya. Dilema etika adalah situasi yang terjadi Ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan (benar versus benar). Sedangkan bujukan moral adalah situasi Ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar versus salah. 4 Paradigma dalam dilema etika: individu versus masyarakat, rasa keadilan versus rasa kasihan, kebenaran versus kesetiaan, dan jangka pendek versus jangka panjang. 3 Prinsip pengambilan keputusan: berfikir berbasis hasil akhir (Ends Based Thinking), berfikir berbasis peraturan (Rule Based Thinking), dan berfikir berbasis rasa peduli (Care based Thinking). 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan: mengenali adanya nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar versus salah, pengujian paradigma benar versus benar, melakukan prinsip revolusi, investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan lihat lagi keputusan dan refleksikan. Modul 3.1 ini jelas sangat berkaitan dengan materi/modul-modul sebelumnya, mulai dari filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, Nilai-nilai kebajikan universal, pembelajaran berdeferensiasi yang bisa memfasilitasi semua murid dalam memerdekakan belajarnya, pembelajaan coaching, serta pembelajaran Sosial Emosional. Semua bisa saling berkaitan, baik dalam pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran dan factor-faktor penentu dalam mengambil keputusan tersebut.

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema, namun tidak sedetail sekarang dalam proses langkah-langkah atau prosedur yang diambil. Alhamdulillah setelah mempelajari modul ini akhirnya bisa mengerti kenapa dulu pernah memutuskan seperti itu? Jadi ini sebagai bahan instropeksi diri sekaligus refleksi agar disaat ada permasalahan selanjutnya bisa lebih baik dalam pengambilan keputusannya. Bisa terarah sesuai paradigma, prinsip, dan langkah-langkah yang diambil. Banyak hal yang bisa mempengaruhi saya pribadi dalam pengambilan keputusan, dan tentunya akan lebih terarah sesuai prosedur yang ada. Materi dalam modul ini benar-benar penting bagi saya pribadi dan guru-guru/pengajar pada umumnya. Karena dengan mengetahui paradigma, prinsip, dan langkah-langkah penyelesaian, maka memudahkan kita untuk melanjutkan dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Semoga kita semua diberi kesabaran, kemudahan, dan kekuatan untuk senantiasa memberikan pelayanan terbaik untuk murid-murid kita dan terlebih untuk kemajuan dunia pendidikan bangsa dan negara kita.

“Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan…”

 

(Arik Murwanto, PGP A6-57)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar