“Kreativitas hanyalah menghubungkan berbagai hal. Ketika Anda bertanya kepada
orang-orang kreatif bagaimana mereka melakukan sesuatu, mereka merasa sedikit
bersalah karena mereka tidak benar-benar melakukannya, mereka hanya melihat
sesuatu. Sesuatu itu tampaknya jelas bagi mereka setelah beberapa saat. Itu
karena mereka dapat mengkoneksikan pengalaman yang mereka miliki dan
mensintesis hal-hal baru.” -Steve Jobs-
Sebuah ungkapan pembuka yang akan kita temukan jawaban dan penjelasannya disaat belajar modul 3.3 ini. Alhamdulillah banyak hal baru yang saya dapatkan baik informasi/pengetahuan baru maupun informasi dan pengetahuan pendalaman. Modul 3.3 berisi bagaimana cara kita mengelola program yang berdampak positif pada murid, dengan diperinci: 1. kepemimpinan murid (Student Agency), 2. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (Voice, Choice, dan Ownership), dan 3. Kepemimpinan murid dalam profil pelajar Pancasila. Student Agency adalah kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid melalui partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif mempengaruhi hasilnya. Choice (pilihan) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. Dan, Ownership (Kepemilikan) adalah rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi seseorang dalam proses belajar.
Bagaimana
perasaan saya dalam mempelajari materi tersebut, tentunya sangat antusias
sekali, karena berkaitan dengan tugas tambahan saya sendiri sebagai pembina
Ektrakurikuler pencak silat disekolah dan Wakil Ketua IPSI di Kota Pasuruan.
Dengan modul ini tentunya sangatlah membantu dalam memperdalam memahami dan membuat
program yang berdampak positif pada muridnya, khusunya program kepemimpinan
murid dalam ektra kurikuler pencak silat. Yang sudah baik dalam penerapan
kepemimpinan murid adalah kami sudah mempunyai program latihan yang jelas, terstruktru,
dan didukung oleh fasilitas sarana prasarana yang memadahi. Sehingga Alhamdulillah
hingga saat ini bisa memberikan prestasi optimal untuk sekolah kami, SMKN 1
Pasuruan. Saat ini kami sedang mengembangkan konsep “SPORT SCIENCE”
dalam mendukung kepemimpinan murid, sekaligus pelibatan murid dalam Student
Agency: Voice, Choice, dan Ownership. Konsep tersebut kami gali dengan
melibatkan murid, Kepala sekolah, Pengurus IPSI Kota Pasuruan, Wali
Murid/Komite sekolah, Civitas sekolah lainnya yang mendukung, dan dibawah
pantauan Pelatih Daerah. Sehingga harapan kami bisa memberikan dampak yang positif,
tidak hanya bagi murid, tetapi dampak yang lebih besar untuk prestasi sekolah,
prestasi Kota Pasuruan, dan Jawa Timur.
Bagaimana
latihan pencak silat di sekolah dapat mengembangkan karakter kepemimpinan dalam
diri murid? ya, banyak sekali karakter yang dikembangkan dalam pencak silat. Dalam
latihan Pencak Silat ini ada tingkatan-tingkatan yang biasanya ditandai dengan
warna sabuknya ataupun bentuk seragamnya. Sebagai contoh di Perguruan Silat
PSHT, tingkatan terendah Polos/Hitam, Jambon, Hijau, Putih. Karakter
kepemimpinan disini adalah bahwa sabuk Jambon itu memiliki kemapuan diatas
Polos/Hitam, jadi bisa melatih atau menjadi pemimpin utk murid yang memiliki
sabuh hitam. Murid yang memiliki sabuk putih, dianggap memiliki kemampuan yang
lebih dibandingkan dengan murid yang sabuk hitam, jambon maupun hijau. Sehingga
dalam kepemimpinan dalam pencak silat senatiasa dicarikan dulu sesuai level
sabuk di atasnya. Sabuk putih bisa menjadi asisten pelatih/melatih untuk
murid-murid/teman-temannya yang masih di sabuk hitam, jambon, dan hijau. Begitu
juga seterusnya.
Bagaimana
penerapan SPORT SCIENCE dalam latihan pencak silat dan kaitannya dengan
kebutuhan murid? SPORT SCIENCE, merupakan penggunaan teknologi dan Ilmu
pengetahuan dalam berlatih pencak silat, seperti penggunaan peralatan silat:
Body protector, Pecing pad, pelindung kepala, pelindung gigi, pelindung kaki,
Jam pendeteksi detak jantung (V02 max), dll. Kemudian pengetahuan tentang
kekuatan masing-masing murid, gizi/kebutuhan diri, juga dihitung sehingga
meminimalkan terjadinya cedera saat latihan ataupun nge-drop/sakit akibat
latihan. Serta dengan penggunaan peralatan latihan bisa mempercepat efektivitas
dalam berlatih untuk prestasi yang lebih optimal.
Pengalaman
masa lalu, saat saya awal masuk Kota Pasuruan, kemudian menaungkan diri di SMKN
1 Pasuruan. Menganalisis, mempelajari, dan mencari sebab akibat dalam mengawali
menjadi pembina Ektra Kurikuler pencak Silat. Ektra kurikuler yang identik
dengan budaya daerah dan kultur tradisional, sangatlah membutuhkan sentuhan pengetahuan
dan teknologi guna memberikan perubahan ke arah prestasi sekolah. Tidak lah
gampang seperti membalik telapak tangan, butuh perubahan paradigma pemikiran
yang awalnya sekedar tradisional hanya untuk tampilan-tampilan saja ke arah
paradigma sport/olahraga menuju prestasi. Modul 3..3 ini merupakan hal terbaik
dalam bagaimana cara kita menumbuhkan kepemimpinan murid dengan
membuat/merancang program yang murid disini kita libatkan langsung. Murid
merasa didengar, diberi ruang untuk berkreasi dan memupuk prestasi
setinggi-tingginya. Murid juga merasa memiliki program tersebut sesuai student
agency Ownership (kepemilikan).
Jika dihubungkan
dengan materi-materi sebelumnya, modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan
Sumber daya, modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran, modul 2.3 tentang coaching dan supervisi akademik, modul 2.2
tentang pembelajaran Sosial Emosional, modul 2.1 tentang pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan murid, modul 1.4 tentang restitusi segitiga bagaimana menyelesaikan
masalah murid, modul 1.3 tentang disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan
universal, dan modul awal yaitu modul 1.1 tentang Falsafah Pendidikan Ki Hajar Dewantara,
maka disitu Nampak betapa penting dan saling berkaitannya semua materi yang
dipelajari. Bagaimana pandangan awal pendidikan yang memerdekaan murid hingga
berakhir pada menyusun program yang berdampak positif bagi murid dalam menumbuhkan
jiwa kepemimpinan murid. Murid adalah calon-calon pemimpin masa depan. Dengan
dari awal (bangku sekolah) mereka dilatih untuk menjadi pemimpin-pemimpin,
InsyaAllah 10 atau 20 tahun lagi merekalah yang akan menggantikan kita sebagai
pemimpin. Diawali dari pembiasaan hal-hal kecil, pemimpin dalam pembelajaran di
dalam kelas, pemimpin dalam kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler,
pemimpin dalam kegiatan sekolah, pemimpin dalam kegiatan pelajar se-kota, dan
seterusnya. Jiwa kepemimpinan tersebut harus senantiasa ditumbuhkan dan
dikembangkan hingga mereka merasa suaranya didengar (Voice), diberi
kebebasan pilihan (Choice), dan mengembangkan programnya sendiri sebagai
wujud rasa memiliki program tersebut (Ownership).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar