Menggunakan Pola Berfikir Logis dalam Menyelesaikan Problem-Solving, Menjadikan Matematika Pelajaran yang Menyenangkan, Mudah, dan Menantang

Senin, 20 Maret 2023

Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid (dalam Koneksi Antar Materi Modul 3.3)

“Kreativitas hanyalah menghubungkan berbagai hal. Ketika Anda bertanya kepada orang-orang kreatif bagaimana mereka melakukan sesuatu, mereka merasa sedikit bersalah karena mereka tidak benar-benar melakukannya, mereka hanya melihat sesuatu. Sesuatu itu tampaknya jelas bagi mereka setelah beberapa saat. Itu karena mereka dapat mengkoneksikan pengalaman yang mereka miliki dan mensintesis hal-hal baru.”  -Steve Jobs-


Sebuah ungkapan pembuka yang akan kita temukan jawaban dan penjelasannya disaat belajar modul 3.3 ini. Alhamdulillah banyak hal baru yang saya dapatkan baik informasi/pengetahuan baru maupun informasi dan pengetahuan pendalaman. Modul 3.3 berisi bagaimana cara kita mengelola program yang berdampak positif pada murid, dengan diperinci: 1. kepemimpinan murid (Student Agency), 2. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (Voice, Choice, dan Ownership), dan 3. Kepemimpinan murid dalam profil pelajar Pancasila. Student Agency adalah kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Voice (suara) adalah pandangan, perhatian, gagasan yang diekspresikan oleh murid melalui  partisipasi aktif mereka di kelas, sekolah, komunitas, dan sistem pendidikan mereka, yang berkontribusi pada proses pengambilan keputusan dan secara kolektif mempengaruhi hasilnya. Choice (pilihan) adalah peluang yang diberikan kepada murid untuk memilih kesempatan-kesempatan dalam ranah sosial, lingkungan, dan pembelajaran. Dan, Ownership (Kepemilikan) adalah rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan investasi pribadi seseorang dalam proses belajar.

Bagaimana perasaan saya dalam mempelajari materi tersebut, tentunya sangat antusias sekali, karena berkaitan dengan tugas tambahan saya sendiri sebagai pembina Ektrakurikuler pencak silat disekolah dan Wakil Ketua IPSI di Kota Pasuruan. Dengan modul ini tentunya sangatlah membantu dalam memperdalam memahami dan membuat program yang berdampak positif pada muridnya, khusunya program kepemimpinan murid dalam ektra kurikuler pencak silat. Yang sudah baik dalam penerapan kepemimpinan murid adalah kami sudah mempunyai program latihan yang jelas, terstruktru, dan didukung oleh fasilitas sarana prasarana yang memadahi. Sehingga Alhamdulillah hingga saat ini bisa memberikan prestasi optimal untuk sekolah kami, SMKN 1 Pasuruan. Saat ini kami sedang mengembangkan konsep “SPORT SCIENCE” dalam mendukung kepemimpinan murid, sekaligus pelibatan murid dalam Student Agency: Voice, Choice, dan Ownership. Konsep tersebut kami gali dengan melibatkan murid, Kepala sekolah, Pengurus IPSI Kota Pasuruan, Wali Murid/Komite sekolah, Civitas sekolah lainnya yang mendukung, dan dibawah pantauan Pelatih Daerah. Sehingga harapan kami bisa memberikan dampak yang positif, tidak hanya bagi murid, tetapi dampak yang lebih besar untuk prestasi sekolah, prestasi Kota Pasuruan, dan Jawa Timur.

Bagaimana latihan pencak silat di sekolah dapat mengembangkan karakter kepemimpinan dalam diri murid? ya, banyak sekali karakter yang dikembangkan dalam pencak silat. Dalam latihan Pencak Silat ini ada tingkatan-tingkatan yang biasanya ditandai dengan warna sabuknya ataupun bentuk seragamnya. Sebagai contoh di Perguruan Silat PSHT, tingkatan terendah Polos/Hitam, Jambon, Hijau, Putih. Karakter kepemimpinan disini adalah bahwa sabuk Jambon itu memiliki kemapuan diatas Polos/Hitam, jadi bisa melatih atau menjadi pemimpin utk murid yang memiliki sabuh hitam. Murid yang memiliki sabuk putih, dianggap memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan murid yang sabuk hitam, jambon maupun hijau. Sehingga dalam kepemimpinan dalam pencak silat senatiasa dicarikan dulu sesuai level sabuk di atasnya. Sabuk putih bisa menjadi asisten pelatih/melatih untuk murid-murid/teman-temannya yang masih di sabuk hitam, jambon, dan hijau. Begitu juga seterusnya.

Bagaimana penerapan SPORT SCIENCE dalam latihan pencak silat dan kaitannya dengan kebutuhan murid? SPORT SCIENCE, merupakan penggunaan teknologi dan Ilmu pengetahuan dalam berlatih pencak silat, seperti penggunaan peralatan silat: Body protector, Pecing pad, pelindung kepala, pelindung gigi, pelindung kaki, Jam pendeteksi detak jantung (V02 max), dll. Kemudian pengetahuan tentang kekuatan masing-masing murid, gizi/kebutuhan diri, juga dihitung sehingga meminimalkan terjadinya cedera saat latihan ataupun nge-drop/sakit akibat latihan. Serta dengan penggunaan peralatan latihan bisa mempercepat efektivitas dalam berlatih untuk prestasi yang lebih optimal.

Pengalaman masa lalu, saat saya awal masuk Kota Pasuruan, kemudian menaungkan diri di SMKN 1 Pasuruan. Menganalisis, mempelajari, dan mencari sebab akibat dalam mengawali menjadi pembina Ektra Kurikuler pencak Silat. Ektra kurikuler yang identik dengan budaya daerah dan kultur tradisional, sangatlah membutuhkan sentuhan pengetahuan dan teknologi guna memberikan perubahan ke arah prestasi sekolah. Tidak lah gampang seperti membalik telapak tangan, butuh perubahan paradigma pemikiran yang awalnya sekedar tradisional hanya untuk tampilan-tampilan saja ke arah paradigma sport/olahraga menuju prestasi. Modul 3..3 ini merupakan hal terbaik dalam bagaimana cara kita menumbuhkan kepemimpinan murid dengan membuat/merancang program yang murid disini kita libatkan langsung. Murid merasa didengar, diberi ruang untuk berkreasi dan memupuk prestasi setinggi-tingginya. Murid juga merasa memiliki program tersebut sesuai student agency Ownership (kepemilikan).

Jika dihubungkan dengan materi-materi sebelumnya, modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan Sumber daya, modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, modul 2.3 tentang coaching dan supervisi akademik, modul 2.2 tentang pembelajaran Sosial Emosional, modul 2.1 tentang pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan murid, modul 1.4 tentang restitusi segitiga bagaimana menyelesaikan masalah murid, modul 1.3 tentang disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal, dan modul awal yaitu modul 1.1 tentang Falsafah Pendidikan Ki Hajar Dewantara, maka disitu Nampak betapa penting dan saling berkaitannya semua materi yang dipelajari. Bagaimana pandangan awal pendidikan yang memerdekaan murid hingga berakhir pada menyusun program yang berdampak positif bagi murid dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan murid. Murid adalah calon-calon pemimpin masa depan. Dengan dari awal (bangku sekolah) mereka dilatih untuk menjadi pemimpin-pemimpin, InsyaAllah 10 atau 20 tahun lagi merekalah yang akan menggantikan kita sebagai pemimpin. Diawali dari pembiasaan hal-hal kecil, pemimpin dalam pembelajaran di dalam kelas, pemimpin dalam kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler, pemimpin dalam kegiatan sekolah, pemimpin dalam kegiatan pelajar se-kota, dan seterusnya. Jiwa kepemimpinan tersebut harus senantiasa ditumbuhkan dan dikembangkan hingga mereka merasa suaranya didengar (Voice), diberi kebebasan pilihan (Choice), dan mengembangkan programnya sendiri sebagai wujud rasa memiliki program tersebut (Ownership).

Sebagai wujud dari guru sebagai pemimpin pembelajaran, yang merupakan salah satu peran Guru penggerak, memiliki arti penting dalam mewujudkan kepemimpinan murid. Memberikan contoh-contoh yang baik, pribadi/personality guru yang senantiasa dilihat oleh murid memberikan hal penting. “Guru digugu lan ditiru” artinya apa yang diucapkan guru diperhatikan dan kebiasaannya juga akan ditiru oleh murid. Sebuah slogan/kata kiasan itu juga tidaklah salah. Pentingnya disini Guru menjaga marwah pendidikan sebagai suri tauladan yang baik. Ki Hajar Dewantara dalam semboyannya; “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” benar-benar menegaskan bahwa yang didepan jadilah teladan, yang di tengah jadilah penyemangat dan yang dibelakang jadilah pendorong. Senatiasa belajar… belajar… dan belajar, baik dari Jurnal/artikel ilmiah, Youtube, Google, buku-buku, web, ataupun dari berbagai nara sumber (intruktur, Fasilitator, Pengajar Praktek, maupun para praktisi pendidikan). Semoga kita semua dimudahkan dan diberi keteguhan untuk memajukan pendidikan di Indonesia, dengan senantiasa melakukan yang terbaik dalam berprilaku dan pembelajaran di kelas, guna tercapainya kepemimpinan murid dan kejayaan Bangsa tercinta ini. (Ark)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar